Paris Saint-Germain – Sejarah Klub

PSG

Paris Saint-Germain (PSG) berdiri pada 12 Agustus 1970 setelah melalui proses merger antara Paris FC yang dibentuk setahun sebelumnya. Berikut penjabaran sejarah PSG dari awal berdiri sampai era QSI.

Sejarah PSG berawal dari merger beberapa klub Paris. Dahulu, Paris tidak punya klub papan atas. Kemudian, muncul gagasan untuk membentuk tim profesional yang siap saing di papan atas.

Dari sini, dua klub Ibu Kota Stade Sangermanois dan Paris FC akhirnya merger.

Sebagai penjelas, Stade Sangermanois adalah klub yang berdiri pada tahun 1904 di Saint-Germain-en-Laye kampung halaman Raja Louis XIV. Sementara Paris FC berdiri pada 1969 sebagai klub yang sebenarnya lahir untuk mengisi kejatuhan Racing CF dan Stade Francais.

Jadi, asal muasal PSG tidak seperti pada kebanyakan klub Eropa lainnya. Semuanya melalui rangkaian perjalanan kompleks. Tapi, yang pasti DNA klub berasal dari kota Paris itu sendiri.

Terlepas dari carut-marut selama proses merger, setidaknya Paris SG hadir untuk membentuk identitas klub Ibu Kota profesional.

Akhirnya, pada 12 Agustus 1970, Paris Saint Germain secara resmi terbentuk. Presiden pertama adalah Pierre-Etienne Guyot dan memiliki basis penggemar kuat.

Ada 20.000 pendukung awal yang disebut Socios. Selanjutnya, Paris kemudian membentuk tim pada 1973. 

Pelatih pertama dalam sejarah klub Paris Saint-Germain adalah Pierre Phelipon. Dia sebelumnya memimpin Stade Saint-Germanois sebelum penggabungan dengan Paris FC pada tahun 1970. 

Setelah pemisahan klub pada tahun 1972, Robert Vicot yang sebelumnya menjadi pelatih tim cadangan mengambil alih kepemimpinan tim utama yang kini dikenal sebagai Paris Saint-Germain.

Pada Juni 1973 Just Fontaine diangkat sebagai direktur teknis oleh presiden komite pengelola, yaitu Daniel Hechter

Pada periode ini, Paris serius untuk menjelma sebagai tim besar. Klub mulai menarik bintang-bintang seperti Mustapha Dahleb dan Carlos Bianchi.

Fontaine di sini merangkap juga sebagai pelatih dan berhasil membawa PSG promosi ke Divisi Pertama pada musim pertamanya di klub. 

Di era kepemimpinan Hechter, PSG punya pelatih asing untuk pertama kalinya, yaitu Velibor Vasovic pada tahun 1976. 

Namun, Vasovic tidak menyelesaikan musim pertamanya. Sejak itu PSG mengalami kesulitan dengan pelatih seperti Ilija Pantelic, Jean-Michel Larque, dan Pierre Alonzo antara Mei 1977 dan November 1978. 

Vasovic kembali pada November 1978, tetapi mengundurkan diri setahun kemudian karena tekanan dari UNECATEF.

Peyroche meraih gelar besar pertama dalam sejarah klub. Piala Prancis pertama pada tahun 1982 dan yang kedua pada tahun 1983. 

Mseki meninggalkan klub setelah keberhasilan terakhirnya, Peyroche kembali beberapa bulan kemudian setelah kegagalan Lucien Leduc. Namun, kembalinya tidak sukses, dan ia digantikan sementara oleh Christian Coste pada musim semi 1985.

Profil PSG

Nama KlubParis Saint Germain
JulukanLes Parisiens, Rouge et Bleu (Si Merah Biru)
Berdiri12 Agustus 1950
StadionParc des Princes
PresidenNasser Al Khelaifi

Sejarah Kepemilikan PSG

Paris Saint-Germain mengalami berbagai perubahan pemilik sejak dibentuk pada tahun 1970.

Awalnya, dari bulan Agustus 1970 hingga Juni 1991, klub dijalankan sebagai Asosiasi hukum 1901.

Asosiasi Paris Saint-Germain Football Club mengawasi baik bagian profesional maupun amatir.

Pada Juni 1991, terjadi perubahan besar dengan pembentukan Société anonyme à objet sportif (SAOS) Paris Saint-Germain Football. 

Asosiasi Paris Saint-Germain Football Club menyerahkan pengelolaan bagian profesional ke SAOS dan memberikan nomor afiliasi Federation Francaise de Football (FFF). 

Di sini, PSG sudah mendapat banyak peminat dari perusahaan besar untuk memilikinya.

Tercatat, pada era 1990-an, pemilik saham PSG antara lain Asosiasi PSG (51%), Canal+ (39,8%), Charles Talar (4,5%), Bernard Brochand (2,9%), dan Alain Cayzac (1,8%).

Perusahaan TV Canal+ boleh dikatakan membuat nama PSG perlahan mulai terdengar di panggung domestik dan internasional. Selama beberapa tahun berikutnya, kepemilikan saham mengalami perubahan. 

Canal+ meningkatkan kepemilikannya menjadi 56,8%, sementara Asosiasi PSG memegang 34%. Pada bulan Juli 2001, Canal+ memperoleh mayoritas saham sebesar 90,8% sebelum akhirnya menjadi pemilik tunggal pada 2006.

Pada Juni 2006, babak baru dimulai dengan masuknya Butler Capital Partners, Colony Capital, dan Morgan Stanley sebagai pemilik saham. 

Konfigurasi ini berlangsung hingga Januari 2008, ketika Colony Capital mengambil mayoritas saham sebesar 62,5%. Setelah itu, hingga Desember 2009, kepemilikan Colony Capital meningkat menjadi 95,83%.

Pada Desember 2009, Colony Capital memiliki 98,42% saham, sebelum terjadi transisi besar lainnya pada Juni 2011 dengan masuknya Qatar Sports Investments (QSI) sebagai pemilik saham mayoritas sebesar 70%. 

Kepemilikan ini secara bertahap meningkat hingga mencapai 100% sejak 6 Maret 2012, menjadikan QSI sebagai satu-satunya pemilik saham PSG hingga saat ini.

Era Canal+

Seperti dijelaskan sebelumnya, Canal+ mampu mengubah PSG menjadi salah satu klub besar Eropa. Buktinya, antara 1993 dan 1997, PSG mencapai lima semifinal kontinental berturut-turut. 

Beberapa pemain tersohor saat itu adalah David Ginola, George Weah, dan Valdo. PSG meraih gelar juara Prancis pada 1994 dan dua tahun kemudian memenangkan trofi Eropa pertamanya, UEFA Cup Winners’ Cup.

Memasuki abad millenium, Paris semakin unjuk gigi. Klub punya pemain ternama seperti Ronaldinho dan Pedro Pauleta. 

Tetapi, memang Paris cukup kesulitan untuk kembali bersinar seperti era 90 an. 

Perlahan tapi pasti, Canal+ yang semula menjadi pemilik terbesar akhirnya melepas saham mereka. Pada 2011, datanglah Qatar Sports Investments dan presidennya Nasser Al-Khelaïfi. 

Proyek ini diwujudkan dengan mendatangkan pemain seperti Zlatan Ibrahimovic, Edinson Cavani, Kylian Mbappe, Neymar Jr, Marco Verratti, Marquinhos dan Lionel Messi pada 2021.

PSG memiliki tujuan ambisius untuk membawa klub ke puncak Eropa. 

Paris menjadi klub Prancis yang paling banyak meraih gelar dengan total 47 trofi, termasuk 29 sejak kedatangan QSI.

Selain sepakbola, Les Parisiens juga sukses di cabang olahraga lain seperti handball (21 gelar nasional sejak 2012) dan sepakbola wanita yang menjadi finalis Liga Champions, juara Piala Prancis pada 2018 dan 2022, serta juara Prancis pada 2021.

PSG kini menjadi puncak olahraga Eropa dan mewakili ambisi besar klub.

Era Qatar Sports Investments

Pada 30 Juni 2011, Qatar Investment Authority, perwakilan dari Qatar, mengakuisisi 70% saham Paris Saint-Germain melalui entitas anaknya, Qatar Sports Investments (QSI). 

Saat itu, beberapa pemain senior seperti Sammy Traore, Gregory Coupet, dan Claude Makélélé memutuskan untuk pensiun, sementara Ludovic Giuly dan Jeremy Clement meninggalkan klub. 

Pemiliki sebelumnya Colony Capital membawa Nicolas Douchez dan Kevin Gameiro sebelum akhirnya melepaskan kepemilikan mereka kepada Qatar. 

Nasser Al-Khelaifi, yang kemudian menjabat sebagai presiden klub bersama QSI menetapkan tujuan ambisius

QSI menyediakan sumber daya finansial seratus juta Euro untuk merekrut pemain selama musim panas 2011. 

QSI bercita-cita untuk meraih gelar juara Ligue 1, Piala Nasional, dan pada akhirnya, Liga Champions dalam jangka panjang.

Pemilik Qatar mengambil keputusan untuk menghentikan peran Robin Leproux dan menunjuk Leonardo, mantan pemain PSG, sebagai direktur olahraga. 

Selanjutnya, Jean-Claude Blanc diangkat sebagai direktur umum. 

Leonardo membawa sejumlah pemain dari Serie A, seperti Jeremy Ménez, Mohamed Sissoko, dan Salvatore Sirigu. 

Pemain-pemain Ligue 1, termasuk Blaise Matuidi dan Milan Biševac, juga bergabung dengan PSG

Presiden PSG Al-Khelaifi sering berbicara tentang rencana jangka panjangnya.

Dia fokus pada pengembangan pemain muda berbakat dan menyampaikan niatnya untuk menemukan bakat sekelas “Messi baru”. 

Awalnya, ia merasa telah menemukan potensi tersebut dalam Javier Pastore yang dibeli seharga 42 juta Euro, mencetak rekor transfer tertinggi di Prancis saat itu. 

Dari segi prestasi olahraga, PSG berhasil menjadi juara musim dingin. Berita positif mengalir dari media, jumlah penonton per pertandingan meningkat.

Klub menerapkan strategi “internasionalisasi”. 

Pada 30 Desember 2011, selama jeda musim dingin, Carlo Ancelotti, pelatih yang telah dua kali meraih gelar Liga Champions, diumumkan sebagai pelatih baru menggantikan Antoine Kombouaré

Tiga pemain baru bergabung dengan PSG selama jendela transfer musim dingin: Maxwell, Thiago Motta, dan Alex

Pada saat bersamaan, QSI mengakuisisi 30% saham yang tersisa dari Colony Capital dan Butler Capital Partners pada 6 Maret 2012.

Dengan demikian, QSI menjadi pemilik PSG secara penuh. 

Les Parisiens akhirnya menempati posisi kedua di klasemen liga, di bawah kejutan Montpellier.

Selama musim panas 2012, PSG menjadi salah satu klub paling aktif di bursa transfer.

Mereka merekrut empat pemain dari Serie A, termasuk penyerang Argentina Ezequiel Lavezzi, gelandang muda Marco Verratti, serta dua pemain pilar AC Milan, Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva

Selain itu, Gregory van der Wiel dari Ajax dan bakat Brasil, Lucas Moura, juga menjadi bagian dari tim. 

Pada jendela transfer musim dingin, PSG mendatangkan David Beckham, sementara Nenê dan Guillaume Hoarau pindah ke Al-Gharafa dan Dalian Aerbin. 

David Beckham dan Ibrahimovich

Pada 6 Maret 2013, PSG mencapai perempat final Liga Champions. Ini adalah pencapaian yang tidak terjadi sejak tahun 1995. 

Sayangnya, FC Barcelona mengeliminasi PSG berdasarkan gol tandang setelah dua pertandingan imbang. 

Pada 12 Mei 2013, untuk ketiga kalinya dalam sejarah klub setelah gelar pada 1986 dan 1994, PSG meraih gelar juara Ligue 1 dengan kemenangan 1-0 atas Lyon. 

Periode antar-musim menjadi sulit dengan ketidakpastian seputar kepindahan pelatih Carlo Ancelotti, yang akhirnya pergi ke Real Madrid. 

Pada periode tersebut, Leonardo mengumumkan pengunduran dirinya setelah mendapatkan sanksi larangan selama 14 bulan dari Federasi Sepak Bola Prancis, akibat insiden yang melibatkan wasit Alexandre Castro setelah pertandingan melawan Valenciennes.

Untuk menggantikan Carlo Ancelotti sebagai pelatih, PSG menandatangani mantan pelatih tim nasional Prancis, Laurent Blanc, pada 25 Juni 2013. 

Selanjutnya, klub merekrut penyerang Uruguay Edinson Cavani dengan biaya 64,5 juta euro, mencetak rekor transfer baru di Prancis, mengalahkan rekor yang dipegang oleh Javier Pastore dua tahun sebelumnya. 

Bek Brasil Marquinhos juga bergabung dengan PSG dengan biaya 31,4 juta Euro. 

Akhirnya, beberapa pemain dari era kepemilikan oleh Colony Capital, termasuk Sylvain Armand, Mathieu Bodmer, Siaka Tiéné, dan mantan kapten Mamadou Sakho, meninggalkan klub. 

Beberapa pemain yang datang selama jendela transfer awal kepemilikan oleh Qatar juga hengkang, seperti Kevin Gameiro, Mohamed Sissoko, dan Diego Lugano. 

PSG kembali mendominasi di liga dan grup Liga Champions di paruh pertama musim. 

Klub sempat tersingkir secara prematur dari Piala Prancis oleh Montpellier HSC dan kalah di perempat final Liga Champions oleh Chelsea FC. 

Meskipun demikian, PSG berhasil memenangkan Coupe de la Ligue dengan mengalahkan Olympique Lyonnais 2-1. 

Pada 7 Mei 2014, PSG meraih gelar juara Ligue 1 untuk kali keempat dan kedua secara berturut-turut dengan total 89 poin, mencetak rekor baru yang kemudian akan dilampaui oleh PSG dua tahun kemudian.

Finalis Liga Champions Eropa untuk Pertama Kali

Paris Saint-Germain untuk pertama kalinya masuk ke final Liga Champions pada 24 Agustus 2020.

Paris bertemu Bayern Munchen, tetapi kalah 0-1 .

Bayern meraih gelar Liga Champions keenamnya dalam format “Final 8” tanpa penonton, di tengah pandemi.

Kekecewaan ini terasa bagi jutaan pendukung yang berharap PSG meraih gelar Eropa kedua, 50 tahun setelah pertandingan resmi pertama klub.

Sejak kekalahan Monaco pada 2004, sepak bola Prancis menanti kegembiraan mendukung perwakilan negara di Liga Champions.

Baca juga: Profil Warren Zaire Emery, Permata PSG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *