Revitalisasi Paris Saint-Germain: Musim 1991-1992 yang Menggemparkan!

Musim 1991-1992 menjadi salah satu yang bersejarah bagi Paris Saint-Germain di divisi pertama Liga Prancis. Dicatat dengan kehadiran Canal+ dalam kepemilikan klub dan kepergian Francis Borelli setelah memimpin klub selama tiga belas tahun. Michel Denisot menggantikan posisinya.

Dalam pencarian pelatih berpengalaman, PSG memilih Artur Jorge dari Portugal. Jorge, mantan pelatih Timnas Portugal, meraih sejumlah trofi dengan FC Porto, termasuk tiga kali juara Liga (1985, 1986, dan 1990) serta Piala Champions Eropa pada 1987. Targetnya jelas: finis di lima besar untuk mendapatkan tiket Eropa.

PSG finis di peringkat ketiga, di belakang AS Monaco dan Olympique de Marseille yang meraih gelar keempat secara berturut-turut. Mereka pun memastikan tempat di Piala UEFA. Di Piala Prancis, PSG tersingkir di babak enam belas besar oleh AS Nancy-Lorraine (3-2).

PSG Sebelum Musim Dimulai

Michel Denisot menjadi pemimpin pertama PSG di bawah kendali Canal+. Paris Saint-Germain, yang berada di peringkat kesembilan musim sebelumnya, mengalami kesulitan finansial dan prestasi. Pada 31 Mei 1991, konferensi pers di Parc des Princes menandai kedatangan stasiun televisi Canal+, yang saat itu merupakan penyiar resmi Liga Prancis.

Wali Kota Paris, Jean Tiberi, mengumumkan penghapusan hutang klub sebesar 50 juta franc, dan juga berjanji memberikan subsidi sebesar 30 juta franc per tahun selama tiga tahun.

Baca juga: Perjalanan Sejarah Paris Saint-Germain: Ambisi Besar hingga Tantangan Keuangan

Pierre Lescure, direktur jenderal Canal+ (yang memiliki 39,8% saham klub), diangkat sebagai presiden SAOS yang baru dibentuk, sementara Bernard Brochand diangkat sebagai presiden Asosiasi PSG (yang memiliki 49% saham SAOS). Michel Denisot diangkat sebagai wakil presiden dengan peran eksekutif.

Produser dan pembawa acara dari stasiun kabel tersebut sebelumnya sukses memimpin LB Châteauroux dengan naik kelas ke divisi dua dan menjadi klub sepak bola profesional dua minggu sebelumnya. Tiga belas tahun setelah memimpin klub pada tahun 1978, Francis Borelli meninggalkan jabatannya namun tetap memegang status presiden kehormatan seumur hidup.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *